DI ATAS SEJADAH ADELAIDE

            Sejak remaja saya selalu memimpikan bagaimana rasanya menjalani kehidupan sebagai muslim di negara non muslim, seperti kehidupan menjadi muslim di Eropa, di Amerika, karena sering membaca buku buku testmoni orang lain yang memiliki pengalaman dalam hal itu. Kali ini Allah memberikan kesempatan itu walaupun bukan di Eropa tetapi di sebuah negara multi etnis persemakmuran Inggris, Australia atau lebih tepatnya di ibu kota negara bagian Australia Selatan, Adelaide.

Recycle, imitasi bunga botol air mineralAdelaide adalah ibu kota negara bagian South Australia. Sebuah kota yang tenang dan teratur, penduduknya tidak terlalu padat, santai tapi bersemangat.  Kota-kota besar biasanya yang berisi hutan beton, dengan penduduk yang padat, dan turis yang lalu lalang, namun Adelaide banyak memiliki taman terbuka, taman yang mengitari pusat kota, Botanical Garden, Taman Konservasi Morialta dan yang lainnya. Di Adelaide, kadang terasa bahwa taman-taman terbuka itu seperti milik pribadi. Ditambah lagi dengan pantai pantai yang cantik, Mount Lofty dan rute untuk pejalan kaki sepanjang Sungai Torrens. Terkadang di sela sela kebersamaan dengan Host Family, sambil berbincang hangat mereka bilang bahwa salah satu kota yang harus dikunjungi sebelum seseorang meninggal adalah Adelaide J. Adelaide, ibu kota Australia Selatan termasuk ke dalam daftar kota top di dunia untuk dikunjungi. Adeladie menduduki peringkat kesembilan dalam buku terbaru Best in Travel yang diterbitkan oleh panduan wisata dunia Lonely Planet.


       Saya merupakan satu satunya guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang di berangkatkan dalam program “Teacher Profesional Development Training on Adelaide Australia” 2016. Dari awal telah diberitahu bahwa sistem pendidikan di Australia tidak menyertakan pelajaran agama ke dalam kurikulum mereka, karena bagi mereka pendidikan agama merupakan tanggung jawab pribadi yang cukup dilakukan di lingkungan keluarga. Hal ini memotivasi saya untuk mencari dan membuat rencana tersendiri yang berkaitan langsung dengan mata pelajaran yang saya ampu disamping juga karena panggilan jiwa sebagai seorang muslim. Saya sampaikan ke teman teman jika saya harus membuat  “Hidden Program” disamping tugas wajib yang saya jalani. Di sela sela kesibukan dalam melaksanakan tugas kedinasan selama tiga minggu diklat serta observasi sistem pendidikan di Australia inilah segala sesuatunya saya lakukan.

           Perjalanan 3 minggu ini memberikan pengalaman batin bagaimana secara realitas melihat dunia lain, warna kulit, bahasa, dan budaya yang berbeda dan segala bentuk perbedaan lainnya. Jika biasanya seseorang ingin melakukan perjalanan spiritual. dengan cara mengunjungi tempat tempat suci agamanya, tetapi ada satu sisi dalam bagian diri saya, ingin mengetahui bagaimana rasanya perjalanan spiritual di sebuah negara yang minoritas muslim, seperti apa perbedaan yang akan dirasakan secara realitas menjadi muslim di sana, dibandingkan dengan menjalani kehidupan sebagai muslim di negara mayoritas muslim. Dari literatur yang pernah saya baca, kehadiran Islam di Australia dapat dilacak dimulai tahun 1860 an, ketika kedatangan penunggang unta bangsa Afghanistan untuk merambahi pedalaman Australia dalam misi dagang dan ekspedisi.[1] Hal ini diperkuat dengan pengalaman ketika saya mengunjungi sebuah mesjid di Gilbert Street yang bernama Adelaide Mosque, di depan bangunan mesjid tersebut terdapat keterangan yang bertuliskani:  Adelaide Mosque. Originally name the “Afghan Chapel”. This building  is reputedly the oldest permanen mosque in Australia. The building is of nations significance as one of the few relics of Afghan immigration to south Australia and embodies in built form, Afghan and Islamic culture. Initially by a group of Afghan and North Indian camel drivers, the mosques dates from 1888-1889 with the four distinctive minarets added in 1903.”. (Mesjid Adelaide. Awalnya bernama "Afghanistan Kapel". Bangunan ini konon masjid permanen tertua di Australia. Bangunan ini sebagai salah satu dari beberapa bangunan penting peninggalan imigrasi bangsa Afghan di Australia selatan dan diwujudkan dalam bentuk bangunan, bangsa Afghan serta budaya Islam. Awalnya oleh sekelompok penunggang unta Afghanistan dan India Utara, masjid ini dibangun sejak tahun 1888-1889 dengan ditambahkan empat menara khusus pada tahun 1903).


Adelaide Mosque

Adelaide berpenduduk multi etnis. Hal ini terasa saat berada di sebuah bis, para penumpang yang terdiri dari beberapa bangsa, Indonesia, China, dan tentu saja Australian, masing masing bercakap cakap dengan bahasa yang beragam. Ini mengingatkan saya pada apa yang Allah katakan di dalam Alquran, tentang penciptaan manusia yang Allah ciptakan dengan berbagai bangsa dan suku agar saling mengenal. 

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ  اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.(Al Hujurot : 13).

Kita juga sering melihat kehadiran bangsa yang berbeda di lingkungan kita, baik melalui acara televisi, internet ataupun saat kita menjumpai para turis di tempat tempat rekreasi. Tapi berbeda rasanya jika kita masuk di dalam dunia mereka sebagai bagian keseharian di dalam lingkungan kehidupan mereka, merasakan kultur mereka dan merasakan di sekeliling, depan, belakang samping kiri kanan adalah mereka. Bagi saya yang baru pertama kali mengalami hal ini sungguh sebuah pengalaman yang menakjubkan, Subhanallah.....

Keluarga yang saya tinggali adalah keluarga muslim, mereka memiliki tiga anak yang masih kecil. Mengenai hal ini, mengingatkanku akan permohonan kepada Allah sebelum keberangkatan ke Australia, agar aku mendapatkan host family keluarga muslim. Untuk kenyamanan sebagai muslim, bagaimanapun tetap saja saya ingin mendapatkan keadaan yang kondusif. Hal ini karena setidaknya jika mendapatkan keluarga muslim, makanan yang disediakan akan lebih terjamin kehalalannya, kenyamanan dalam melaksanakan sholat dan ibadah lainnya, dan terutama relatif tidak memelihara anjing didalam rumah J.

Di sekolah yang saya kunjungi yang kebetulan merupakan sekolah Internasional, hanya terdapat satu orang siswa yang berasal dari Indonesia dan dia seorang muslim. Satu orang siswa muslim lainnya berkebangsaan Turki kelahiran Australia. Sekolah tidak menyediakan sarana beribadah, agama adalah urusan pribadi, sehingga mereka relatif sulit untuk melaksanakan ibadah sholat di sekolah. Walaupun mungkin tidak dilarang untuk melaksanakan sholat, namun tidak disediakan tempat yang memadai untuk sholat. Biasanya mereka sering meninggalkan sholat dzuhur, atau siswa berkebangsaan Turki menjamak sholat dzuhurnya ke sholat ashar. Hal ini menggelitik pemikiran saya untuk membuat perbandingan dengan sistem pendidikan di Indonesia. Siswa siswa di Indonesia memiliki lingkungan keagamaan yang subur. Jika seandainya di keluarga tidak bisa mendapatkan pendidikan agama yang memadai, sekolah relatif siap memenuhinya ditambah dengan lingkungan sekitar yang menyediakan pendidikan agama secara non formal. Di Australia, khususnya Adelaide, walapun hal ini tidak dapat dikatakan mewakili keseluruhan, saya mengamati sekularisme dalam sistem pendidikan mereka menjadikan anak/siswa cenderung menjauh dari religiusitasnya. Implikasinya adalah jika orang tua tidak memiliki kapasitas keagamaan yang cukup memadai dalam mendidik keberagamaan anak anaknya, maka anak akan semakin jauh lagi dari syariat. Hal itu terbukti walaupun mungkin tidak bisa digeneralisasi, siswa muslim di sekolah yang dikunjungi tidak melakukan sholat dzuhur, karena tidak diberikan fasilitas dan waktunya, juga tidak diberikan libur hari raya. Bahkan untuk berpuasa di bulan Ramadhan bagi salah satu siswa muslim tersebut sulit untuk menjalankannya sehingga dia pun tidak berpuasa selama Ramadhan.[1] Demikian tidak mudah membangun komitmen berislam dan menjadi keluarga muslim di negara minoritas muslim ini. Atau sebagai gambaran realistis yang saya temui misalnya, jika orang tua kurang memahami dan kurang dalam menjalankan syariat Islam dengan jelas memberi dampak pada kondisi keberagamaan dalam keluarga terutama pada anak anak, misalnya kurangnya pendidikan sholat di usia dini, kurangnya pembelajaran membaca Al Quran dan pendalaman hukum hukum Islam karena orang tua tidak/kurang mendidik keberagamaannya termasuk kurangnya pengenalan terhadap Tuhannya. Dalam sejarah muslim Australia, sewaktu kedatangan awal muslim Afghan, Islam merupakan bagian integral dari kehidupan mereka sehari hari. Selain Sholat mereka taat berpuasa walaupun mereka tetap bekerja. Namun sayang, Islam mulai terkikis di kalangan anak cucu mereka. Hingga kini keturunan  mereka masih ada, namun banyak yang telah meninggalkan Islam. Mereka hidup sebagaimana orang orang non muslim hidup. Sebab utama terkikisnya Islam di kalangan keturunan mereka, karena Islam tidak diajarkan kepada anak cucu mereka.[2] Oleh karena itu diperlukan lingkungan keluarga dan komunitas yang kondusif bagi pengembangan religiousitas anak anak.



Namun disisi lain, hidup dan survive sebagai muslim di negara non muslim memiliki tantangan tersendiri dan akan lebih menguatkan keislaman seseorang. Banyak orang mengatakan bahwa segala sesuatunya menjadi lebih Challenging. Saya pernah bertanya mengenai hal ini kepada muslimah asal Indonesia yang memiliki suami mualaf. Baginya, hal itu merupakan Big challenge... “Sebagai perempuan, ibu dan istri, saya masih terus belajar dan berusaha menuntun anak anak dan suami agar dapat menjalani syariat dengan benar karena anak anak hanya bisa melihat dan tahu tentang sholat saat mereka di rumah. Di sekolah tidak ada pelajaran agama... intinya saya yang harus mengajari anak anak dan suami bagaimana cara sholat puasa, sedekah, dan merasa bersyukur. Yang paling sulit adalah sholat on time, dan berpuasa Ramadhan merupakan pengalaman batin/rohani yang paling berkesan, di bulan puasa terasa menjadi lebih khusu’ karena saya jauh dari keluarga,... all I have only Allah..”

Berada di negeri non muslim, pengawasan diri sendiri dan tanggung jawab diri terhadap Allah melalui kepatuhan melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya akan menjadi lebih kuat dan akan memupuk kesadaran yang lebih tinggi, survive dengan berbagai keadaan yang tidak kondusif, dalam sarana, iklim dan cuaca, serta komunitas masyarakat. Semuanya berada di tangan kita sendiri, harus memiliki dan memelihara dorongan intrinsik dalam keistiqomahan menjalankan syariat..., hal itu juga akan memupuk kualitas kejujuran pribadi bagi individu. Ibadah dan segala perbuatan baik yang diperintahkan syariat tidak lagi banyak didorong faktor ekstrinsik, oleh rasa malu terhadap komunitas dan culture. Semuanya berasal dari kesadaran, religious conciusness yang dapat menumbuhkan religious commitment tersendiri bagi diri pribadinya. 

 

                 Perjalanan spiritual di negara kangguru ini adalah bagaimana saya berjuang untuk tetap mendirikan sholat dengan tantangan cuaca dingin dan ketidaktersediaannya tempat khusus yang banyak untuk melaksanakan sholat saat kita sedang berada di luar rumah. Di Adelaide cuaca di malam dan pagi hari walaupun di musim semi, bagi saya yang terbiasa di Indonesia, masih terasa cukup dingin. Suatu hari saat akan  melaksanakan sholat di sebuah mall yang tidak tersedia tempat khusus, antara perasaan gelisah dan bingung harus melaksanakan sholat dimana, terfikir ide untuk memanfaatkan ruangan breast feeding (parent room). Saya sampaikan pada teman teman setelah sesampai di tanah air, di negara minoritas muslim seakan berada di neraka kalau kita mau sholat....! -mengingat di tanah air kita relatif bisa menemukan mesjid mushola dalam jarak 100 meter- J

Hal yang menarik lainnya saat berada di negara 4 musim tanpa salju ini adalah adanya perbedaan waktu yang mempengaruhi waktu sholat. Di bulan Oktober-Nopember 2016 untuk sholat subuh relatif sama waktunya dengan di tanah air, waktu dzuhur dimulai sekitar kurang lebih jam 13, Ashar menjelang jam 17, maghrib sekitar menjelang jam 20 dan isya jam 21 ke atas, dan waktu sholat tersebut terus merangkak naik lebih “malam” lagi sampai tibanya summer hingga pada titik tertentu akan kembali lagi pada ritmenya di beda musim selanjutnya. Bagi saya yang terbiasa di tanah air relatif memiliki waktu sholat yang stabil, hal ini merupakan pengalaman yang luar biasa...., terutama menunggu waktu sholat Isya yang panjang setelah seharian lelah beraktifitas, belum lagi ditambah dinginnya dini hari saat ingin bertahajud. Subhanallah... dengan semua KuasaMu ku haturkan seluruh pujian hanya untukMu, Tuhanku Semesta Alam[1]......

Pada prinsipnya nilai nilai agama itu tidak hanya untuk sekedar formalitas. Secara perilaku masyarakat Adelaide telah mempraktekkan banyak nilai nilai Islam dalam kesehariannya, seperti disiplin, tepat waktu, mengantri, memelihara kebersihan, integritas serta keterbukaan, walaupun dalam hal lainnya banyak yang tidak sesuai, diantaranya etika pergaulan antara laki laki dan perempuan, etika Islam dalam berpakaian. Faham sekularisme sendiri merupakan hal yang paling mendasar yang jauh bertentangan dengan Islam, karena memisahkan keimanan, agama dan ketuhanan dengan kehidupan.[2] Dalam prakteknya sekilas tampak sama, namun yang membedakannya adalah tujuan akhir, sekularisme dalam keteraturannya berakhir pada kebermanfaatan dunia tanpa terkait dengan keimanan, ketuhanan, kepercayaan pada hidup sesudah mati dan pertanggungjawabannya serta nilai nilai yang transenden.[3] Atau dengan kata lain lemah dalam spiritualitas.

Diawal minggu ketiga setelah cukup faham dalam mengenali rute rute perjalanan saya mulai melakukan wisata rohani, mengunjungi mesjid mesjid yang berada di negara bagian Australia Selatan ini. Saya hanya dapat mengunjungi empat mesjid yaitu Adelaide City Mosque di 20 Gilbert St, Islamic Arabic Centre & Al-Khalil Mosque yang berdampingan dengan komplek pemakaman muslim Adelaide, Omar bin Al Khattab Mosque di Marion Rd yang dilengkapi sensor infra red saat kita membuka setiap pintunya, dan Abu Bakar As Shiddiq Mosque. Namun saya tidak sempat mengunjungi beberapa mesjid lainnya seperti Elizabeth Mosque, Murray Bridge Mosque, Whyalla Mosque, Parafield Gardens Mosque, Bosnian Mosque.

Epilog

            Kesejukkan yang mendalam itu kutemukan saat pertama kali bersujud di mesjid Adelaide setelah berhari hari merindukan bertemu mesjid. Kunikmati rasa syukur dalam ruku dan sujud, dalam kesendirian tafakur dan dzikir. Aku merasakan keteduhan seperti air mengalir menyejukkan relung relung jiwaku..., ku rehatkan jiwa, kusandarkan diri.... Allahus shomad.., kurasakan kenikmatan sujud dalam hamparan sejadah tanah asing milikNya, kusyukuri dalam kekaguman atas ciptaanNya. Disini, diatas sejadah Adelaide....., di sana diatas sejadah Indonesiaku semua berada dalam DiriMu.....dalam Allah, Tuhanku yang sama. Kau ciptakan segala sesuatunya dalam TauhidMu. Diatas sajadah bumi ini aku berdiri rukuk dan sujud dalam kenikmatan sholat dan bertemu Allah. Diatas hamparan sejadah panjang bumi ini ku temukan DiriMu... 


Adelaide-Purwakarta,

 Oktober-November 2016


žcÎ) Îû È,ù=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur É#»n=ÏF÷z$#ur È@øŠ©9$# Í$pk¨]9$#ur ;M»tƒUy Í<'rT[{ É=»t6ø9F{$# ÇÊÒÉÈ   [1]

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (Ali Imron : 190)

ö@t/ tbrãÏO÷sè? no4quŠysø9$# $u÷R9$# ÇÊÏÈ  [2]         

 Tetapi kamu ,memilih kehidupan duniawi. (Al A’la : 16)

  äotÅzFy$#ur ׎öyz #s+ö/r&ur ÇÊÐÈ    [3]                           

Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. (Al A’la : 17)


[1] Wawancara eksklusif dengan siswa muslim Banksia Park International High School, 12 November 2016.

[2] Dedi Mulyana, Menjadi Santri di Luar Negeri.., 140


[1] Dedi Mulyana (Editor), Menjadi Santri di Luar Negeri, Pengalaman dan Renungan Keagamaan, , (Bandung : PT Remaja Rosda Karya ,1997), 139.





Komentar

Postingan populer dari blog ini